Mengapa pelatihan-pelatihan guru sering tidak efektif?

Darling-Hammond, et al (2005) menulis dalam The Design of Teacher Education Programs, `Pelatihan harus memperhatikan kebutuhan riil guru terkait dengan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik, bukan sebatas memberikan kemampuan teoretis’. Materi pelatihan harus memuat keterampilan di samping konseptual. Masalahnya lebih dari itu, sering materi yang membutuhkan praktik disampaikan secara teoretis atau konseptual. Seharusnya peserta langsung praktik dan pelatih mengarahkan.

Berikut beberapa masalah terkait dengan materi dan metode penyampaiannya. Pelatihan tidak efektif karena sekadar teoretis-konseptual. Pelatihan seharusnya melatih keterampilan guru terkait dengan tugas-tugasnya, seperti komputer, pembelajaran aktif, dan penelitian tindakan kelas.

Pelatihan tidak efektif juga karena peserta tidak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Peserta sangat pasif di dalam kelas. Tidak bergairah. Guru senior atau sangat tua biasanya kehilangan semangat sehingga hanya menjadi pendengar. Padahal, tipe pelatihan membutuhkan komunikasi dua atau multiarah. Dengan strategi pembelajaran aktif apa pun, kategori peserta seperti itu biasanya sulit ‘maju’.

Pelatihan juga sering dilaksanakan tidak tepat waktu. Pelatihan sering dilaksanakan pada waktu Sabtu-Minggu, waktu guru istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Hal itu membuat kurangnya konsentrasi mereka. Padahal, guru memerlukan relaksasi satu atau dua hari dalam seminggu.

Pelatihan guru sudah menjadi proyek yang dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu sehingga mengabaikan aspek kompetensi siapa melatih materi apa. Akhirnya, tujuan pelatihan tidak tercapai karena pelatih bukan orang yang menguasai materi.

Terkait dengan sekolah. Fasilitas sekolah sangat sekolah sangat minim sehingga tidak mendukung penerapan keterampilan guru setelah selesai pelatihan. Guru memerlukan tempat dan fasilitas untuk mempraktikkan pengetahuan barunya setelah pelatihan. Keterampilan baru guru sering tidak terlatih saat sudah kembali ke sekolah yang minim fasilitas. Kecuali itu, budaya sekolah juga tidak propembaruan.

Langkah Perbaikan

Rantai masalah tersebut diatas bisa diatasi dengan beragam cara sehingga pelatihan menjadi efektif

Penambahan waktu pelatihan. Pola pelatihan in-onin (in-service training, on the job learning, and in-service training) bisa diterapkan. Pelatihan dibagi dalam tiga tahap besar. Peserta mengikuti pelatihan dalam waktu tertentu (teori), kemudian praktik di sekolah masing-masing, dan selanjutnya tahap penilaian hasil kerja guru.

sekolah dikelola dengan manajemen terbuka atau transparan, dan menghindari praktik koruptif, nepotisme (buta), serta mulai berbenah ke dalam secara perlahan tetapi pasti. Fasilitas pembelajaran dilengkapi sesuai kemampuan. Para guru diberikan haknya sesuai aturan yang berlaku, seperti kesempatan yang sama bagi semua guru untuk mengikuti pelatihan.

sekolah melaksanakan pelatihan mandiri. Sekolah mendesain sendiri program-program pelatihan yang menjadi kebutuhan guru, minimal dua kali dalam setahun. Namun, sekolah sering abai terhadap pentingnya peningkatan kompetensi guru. Padahal, tanggung jawab peningkatan mutu guru bukan hanya pemerintah dan masyarakat, tetapi juga sekolah.

Astin (1985) mengingatkan dalam Achieving Educational Excellence, “Lembaga yang paling unggul ialah yang memiliki pengaruh yang besar pada pengembangan kepribadian dan pengetahuan siswa, para pendidik, dan kemampuan pedagogis dan produktivitas.“ Dalam hal ini, kepala sekolah bisa bekerja sama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG).

Akhirnya, pelatihan yang berkelanjutan (continuous improvement) sangat penting bagi guru. Guru tidak hanya akan mengetahui hal baru, tetapi juga menguasai keterampilan dan sikap baru. Hal itu disebabkan tujuan akhir dan hakiki dari setiap pelatih an ialah mengajar guru cinta belajar. Dengan demikian, mutu guru meningkat dan selalu siap dengan perubahan apa pun

Berikut Beberapa Pelatihan dalam Mengembangkan Keterampilan serta Pengetahuan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Kegiatan ini bukan hanya untuk mengisi waktu luang semata, tetapi juga dengan tujuan agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif serta memberikan pelayanan terbaik.

Artinya, melalui pelatihan yang akan kita adakan, kita dapat meningkatkan kinerja yang lebih berkualitas

  1. Koperasi dan Kewirausahaan

pemanfaatan koperasi sekolah sebagai ruang untuk siswa belajar akuntansi dan wirausaha, peluang menjadi wirausahawan bagi peserta didik, dan juga menjelaskan tentang peran guru dalam membina koperasi sekolah

– Diskusi terbuka dan berbagi pengalaman dengan suasana yang akrab

kegiatan

– tanya jawab dengan pertanyaan meliputi langkah memulai usaha kecil dan cara pengelolaan koperasi sekolah yang tepat

– Peserta atau dengan tim penyelenggara dengan membicarakan tentang dunia perkoperasian dan kewirausahaan

2. Pengembangan e-Modul

Menjadi guru yang inovatif dan bisa mengembangkan modul pembelajaran menjadi bentuk elektronik atau e-modul

3. Bidang Kepemimpinan

peningkatan kualitas guru di bidang kepemimpinan atau leadership

pembelajaran murid yang berfokus pada student centered learning

4. Public Speaking

Meningkatkan pemahaman dan menjaga motivasi belajar dari peserta didik

Membuat kelas menjadi fun atau menyenangkan dan siswa termotivasi untuk belajar lebih baik

5. Ice Breaking Pembelajaran

Pelatihan untuk memecahkan kejenuhan dari peserta

membangun kembali suasana belajar agar menjadi santai dan menyenangkan, dan menjaga stabilitas kondisi pikiran peserta didik

6. Pendidikan Lingkungan Hidup

Meningkatkan peran guru dalam pendidikan lingkungan hidup

meningkatkan pemahaman terhadap konsep pendidikan lingkungan hidup, sebagai sarana dan dialog bersama untuk para guru dalam pendidikan lingkungan, dan sarana silaturahmi dan komunikasi guru dan pemerhati pendidikan lingkungan hidup

7. Profesionalisme Guru

Meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru, memberi pelatihan kepada guru

8. Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Kreatif

Memilih dan memakai media pembelajaran yang tepat

9. Pelatihan Penulisan dan Pengembangan Budaya Literasi

Buku/materi, artikel, opini, esai, dan lainnya dengan mengikuti pelatihan penulisan dan pengembangan budaya literasi

10. Google Workspace For Education

Meningkatkan kompetensi guru dalam kualitas mutu pendidikan dan pengetahuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

Google Drive, Google Docs, Google Sheets, Google Slides, Google Calenders, Google Meet, Google Form, Google Classroom dan Email

Fokus kegiatan pelatihan ini adalah agar guru mampu berkembang secara profesional, serta bekerja secara efisien dengan memanfaatkan Google Workspace untuk pembelajaran